Kenikmatan Dunia Vs Kenikmatan Akhirat


Kenikmatan duniawi, banyak orang yang tertipu dengannya. Berasumsi tanpanya hidup akan terasa hampa, hidup tanpa uang akan terasa seperti mati, parahnya lagi jika harta dunia yang seseorang miliki di cabut oleh yang maha memiliki (hakikatnya), ia akan melakukan hal-hal yang di luar nalar dan sangat memalukan seperti bunuh diri dan hal keji lainnya.

Sebenarnya apa sih yang di banggakan dari kenikmatan dunia, apa yang membuat mereka begitu terpesona dengannya?. Apa karena kemewahan nya, atau mungkin perannya yang mungkin begitu penting dalam keberlangsungan kehidupan mereka.

Perlu di ingat lagi, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda : 

((  اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة   )) 

Dalam sabdanya tersebut, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, menegaskan bahwa di dunia bukan lah sebuah kehidupan sejatinya, bukan lah sejatinya tujuan. Lalu di sebut apakah dunia ini, bertahun-tahun bahkan berabad abad seseorang turun temurun menjelajah pahit-manisnya perjalanan. Tapi bukan di katakan sebuah kehidupan. Lalu apa sebutan yang pantas dan tujuan kita di dunia.

Tidak ada bandingan bagi kenikmatan akhirat. Tidak dikatakan “kenikmatan dunia” karena istilah yang lebih tepat adalah “kesenangan dunia” sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun’” (an-Nisaa’: 77)

Dunia secara umum merupakan rumah cobaan dan ujian, bukan rumah kebahagiaan dan ketenangan. Allah swt telah menjadikan dunia sebagai terminal untuk bisa melintas ke alam akhirat sebagai rumah ketetapan.

Begini kita ilustrasi kan, ibarat seseorang ingin masuk kedalam rumah, maka ia harus melewati pintu rumah tersebut terlebih dahulu, atau mungkin seseorang ingin pergi ke suatu tempat wisata, maka ia harus melewati beberapa tempat terlebih dahulu. Nah, pintu dan tempat yg seseorang lewati tersebut, itulah yg katakan dunia sementara rumah dan tempat wisata tersebut itulah yang di namakan akhirat. Ilustrasi nya demikian.

Maka bisa kita ketahui, jelas dunia bukan lah sebuah tujuan sehingga membuat orang-orang frustasi jika kehilangannya.

 Sudah pasti karena dunia bukan sebuah tujuan, maka kenikmatan nya pun juga berbanding jauh dengan kenikmatan akhirat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang di riwayat kan oleh sahabat Mustaurid Bin Syaddad :

(( ما الدنيا في الآخرة إلّا مثل ما يجعل أحدكم أصبعه في اليمّ، فلينظر بم يرجع )) رواه مسلم

Bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menegaskan bahwa kenikmatan di dunia hanya sebatas satu tetes yang menempel di jari seseorang yang setelah ia celupkan di lautan, sedangkan lautan nya itulah kenikmatan akhiratnya.

Bahkan Nabi shalallahu alaihi wassallam pernah suatu hari beliau berjalan melewati pasar, dan di sekelilingnya terdapat orang sedang melakukan transaksi jual beli. Kemudian beliau melewati anak kambing kecil yang kecilnya telinganya dalam keadaan sudah mati. Lalu beliau mengambil nya dengan memegang telinganya dan menawarkannya terhadap orang-orang di sekeliling beliau : " adakah di antara kalian, yang ingin membeli ini ( anak kambing ), dengan seharga satu dirham saja?" 

Lalu orang-orang di sekeliling beliau berkata : " apa yang bisa kita manfaatkan dan bisa kita lakukan dari anak kambing ini wahai Rasulullah? 

Kemudian beliau menawarkan nya lagi : " ya sudah, kalau begitu siapa yang menginginkan nya tanpa membayar nya ( red:gratis )"

Mereka menjawab lagi : " Demi Allah, meskipun anak kambing ini dalam keadaan hidup pun, ia mempunyai kecacatan bertelinga kecil, apalagi dalam keadaan sudah mati, mana mungkin ada yang menginginkan nya!"

Lalu beliau bersabda :

((  فوالله الدنيا أهون على الله من هذا عليكم  ))

" Demi Allah, sesungguhnya dunia lebih hina dan murah dari pada bangkai anak kambing ini bagi kalian "

Demikian lah kenikmatan dunia, sangatlah hina dan tidak ada bandingan dengan kenikmatan surga yang abadi. Bahkan kelak di Yaumil Qiyamah, Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam akan di datangkan dua orang yang satu penduduk neraka dan yang satunya penduduk surga. Keduanya di tanyai dengan pertanyaan yang jawabannya memiliki inti yang sama yaitu tentang dahsyatnya kesusahan di akhirat dan agungnya kenikmatan di akhirat. Bahkan penduduk surga yang dahulu di dunia merupakan orang yang sangat mengalami kehidupan yang susah lupa akan kesusahan nya dahulu di dunia sebab dahsyat dan agungnya kenikmatan di surga yang ia rasakan.

Begitu lah perbandingan antara kenikmatan surga dan dunia yang sangat teramat jauh. Banyak orang berkata, tapi kan kita beribadah juga menggunakan harta dunia, naik haji, ziarah dan lain sebagainya lalu bagaimana. Sungguh pertanyaan yang sangat gampang.

Iya sudah kita tetap mencari harta dunia tapi hanya sekadar " على قدر الحاجة " saja, kita mencari untuk sekadar kebutuhan saja, kita kebutuhan buat naik haji ya sekadar buat naik haji, begitu juga yang kebutuhan yang lainnya.

Maka dari itu, mari kita luruskan lagi niat dan tujuan sebenarnya kita sebagai insan dengan jabatan hamba dari sang maha kuasa agar perjalanan hidup kita di dunia yang hanya sebagai perantara munuju kehidupan yang sebenarnya terasa lebih nikmat dan berkah.

Penulis: Sahabat Ubab

Editor: Habibur Rohman

0 Komentar