Orientasi Gerakan PMII Masa Kini


Pada usia yang terbilang tua ini,PMII tentunya sudah lebih matang dalam berfikir dan bertindak untuk melanjutkan perjuangan cita cita luhur pendahulunya. Sesuai dengan tujuan mendidik kader-kader bangsa dan membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa Kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, terampil, cerdas dan siap mengamalkan ilmu pengetahuannya dengan penuh tanggung jawab,PMII sudah banyak melahirkan tokoh tokoh legendaris pada setiap masanya. Baik dalam ranah keagamaan dan sosial pemerintahan.

Bertambah tahun semakin banyak dan berbeda tantangan yang dihadapi. Semakin kompleks juga masalah yang menjadi tanggung jawab Para Kader PMII. Sebagai generasi muda untuk melanjutkan perjuang secara masif dan progresif dalam menjawab tantangan zaman. Pada era miliniel ini PMII harus berkontribusi dalam kemajuan dan perkembangan tekhnologi. Dan tetap berpegang teguh pada ajaran dan amalan ahli sunnah wal jamaah.

Orientasi gerakan mahasiswa sudah saatnya berubah. Dari paradigma lama menuju paradigma baru yang mencerahkan. Pengaderan dengan demikian menjadi sangat penting untuk menyiapkan para pemimpin ke depan. Sudah saatnya PMII mereorientasi pengaderan. PMII harus mengubah paradigma pengaderan dari normatif ke transformatif. Artinya, pengaderan harus mampu mengubah perilaku dan pola pikir sektarianisme menuju pluralisme.

Semua itu tentu butuh review kurikulum pengaderan yang ada. Idealnya, review ini dilakukan setiap periode kepengurusan seiring dengan situasi dan kondisi yang terus berkembang. Karena PMII sebagai organisasi kemahasiswaan berciri keislaman dan keindonesiaan, bagaimana arah keislaman dan keindonesiaan itu diformulasikan. Ini sangat penting.

Dari aspek keislaman, misalnya, wajah keislaman PMII bukanlah berwajah transnasional, tetapi bertumpu pada konsep nation-state. Corak pemikiran keislamannya bukanlah skripturalis-fundamentalis atau ekstrem, melainkan inklusif dan plural. PMII mesti mempertahankan NKRI sebagai sebuah bentuk negara yang final. Doktrin tawasut, tawazun, dan tasamuh mesti menjadi paradigma berpikir dalam berorganisasi. Dengan demikian, PMII tidak menjadi gerakan ekstrem, baik kanan maupun kiri. Pola pikir seperti ini harus menjadi perhatian sebagai bentuk dari melestarikan perjuangan the founding fathers.

Selain itu, PMII sepatutnya mencari rumusan baru tentang bagaimana wawasan Islam keindonesiaan yang tetap memelihara khazanah dan budaya bangsa serta mencari paradigma yang lebih baik. Hal ini penting sebab tuntutan dan tantangan yang dihadapi bangsa ke depan jauh lebih rumit. Visi para pendahulu kita seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Shiddiq, dan Gus Dur tentang wawasan kebangsaan (nation-state) dengan demikian menjadi penting untuk diaktualisasikan kembali melalui kajian rutin di kampus serta latihan kader dasar, menengah, dan lanjut.

Sementara itu, gerakan sosial-politik untuk menyampaikan aspirasi dan kritik konstruktif terhadap sistem pemerintahan mesti dilakukan secara efektif dan inovatif. PMII juga perlu mengkaji mendalam seputar kebijakan pemerintah dan turut andil untuk mengontrol jalannya pemerintahan.

Selain itu, isu-isu fundamental seperti HAM, demokratisasi, keadilan, dan pengentasan kemiskinan harus menjadi bagian dari kajian intensif. Demikian juga partisipasi dalam penanggulangan bencana, termasuk pandemi Covid-19. Selain itu, turut serta membantu pemangku kebijakan atau pemerintah setempat, baik yang berupa pendidikan maupun pelayanan untuk masyarakat.

Peran PMII akan penting dan bermakna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jika orientasi dan sensitivitas kepeduliannya dikedepankan. Ini sejalan dengan dua ciri utama sesuai namanya: keislaman dan keindonesiaan. Dua ciri utama itu menjadi platform pergerakan. Pilihan nama sebagai ’’pergerakan’’, bukan ’’himpunan’’ atau ’’ikatan’’, tentu juga memiliki reasoning tersendiri. Dengan nama tersebut, mahasiswa diharapkan dapat berkiprah dan berperan aktif dalam menegakkan kebenaran di negeri ini. Hal ini sejalan dengan cita-cita luhur the founding fathers yang tertuang dalam mars PMII, yaitu ’’ilmu dan bakti kuberikan, adil dan makmur kuperjuangkan…’’. Artinya, mahasiswa tidak bisa lepas dari pergumulan akademik-keilmuan, Dan, sebagai pergerakan, ia harus dinamis mengusung wacana keislaman khas Indonesia sehingga corak keislaman Indonesia akan tergantung di atas pundak kader-kader.

Jika semua itu bisa dilaksanakan, sepuluh tahun ke depan kader-kader PMII dapat mewarnai percaturan politik yang membanggakan. Semoga. Wallah al muwaffiq ila aqwam al thariq. 

0 Komentar