Peran Perempuan di Era Modernisasi, Bagaimana?


Sebagai negara yang masih memegang erat budaya ketimuran, masyarakat Indonesia kental dengan ideologi patriarki. Budaya patriarki yang melekat pada masyarakat kita memosisikan istri sebagai subordinat dari suami.

Meskipun isu kesetaraan gender sudah bergema sejak beberapa dekade terakhir, namun anggapan bahwa kodrat perempuan hanya untuk melahirkan dan merawat keturunan tidak dapat serta merta dihapuskan dari masyarakat. Anggapan ini kiranya masih memasung proses aktualisasi diri perempuan.

Perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki sifat lembut dan penuh kasih. Namun dibalik sisinya yang lembut dan penuh kasih sayang. Perempuan adalah sosok yang cerdas, tangguh, dan pekerja keras. Melalui kecerdasannya perempuan dapat membawa perubahan dalam pembangunan nasional.

Dewasa ini, peran perempuan dalam pembangunan nasional dapat dilihat dalam bidang ekonomi dan sosial. Peran perempuan dibidang ekonomi dapat dilihat banyak perempuan yang berada diranah publik, dimana perempuan berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keberadaan perempuan di ranah publik tentunya membawa perubahan dalam status sosial di dalam masyarakat. Perubahan status sosial yang dialami oleh wanita saat ini dikarenakan Beberapa faktor diantaranya karena perkembangan teknologi yang kian maju dan faktor pendidikan yang mendukung kaum perempuan untuk semakin maju dan berfikir kritis. Belakangan ini wanita juga dianggap sejajar dengan kaum pria dimana perempuan memiliki hak yang sama sehingga kita sering mendengar istilah “Emansipasi Wanita”. Kini perempuan dengan hak dan kesempatan yang dimilikinya dapat merubah pola yang konvensional kearah yang lebih modern.

Selain itu, tidak jarang kita mendengar nada sumbang terkait kesia-siaan gelar pendidikan perempuan yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Namun demikian, nilai budaya yang menempatkan posisi laki-laki di atas perempuan dapat menjadi batu sandungan bagi perempuan dalam mengaktualisasi diri. Ketidakhadiran perempuan di rumah karena alasan pekerjaan dapat menjadi kambing hitam atas munculnya ketidakharmonisan rumah tangga. Hal ini dapat bertambah parah apabila ketidakharmonisan tersebut tercipta akibat perbedaan pendapatan atas pekerjaan yang diterima istri melebihi suami.

Perempuan pada jaman dahulu dianggap sebagai mahluk yang lemah, yang hanya berada di ranah domestik.  dahulu tugas dari seorang perempuan tidaklah lebih dari urusan kasur, sumur, dan dapur. Namun dengan perkembangan teknologi yang telah maju, dan meningkatnya kesadaran akan pendidikan dikalangan perempuan ini membawa perubahan terhadap kaum perempuan.

Menurut Betty Frieden dalam The Feminise Mystique “wanita dapat menyamai kemampuan pria, sehingga wanita tidak perlu mengorbankan rumah tangga, sehingga mendahulukan rumah tangganya. Dan Frieden tidak mengajak kaum pria berperan dalam rumah tangga”.

Sudah seharusnya perempuan berperan di ranah publik dan ikut serta dalam pembangunan ekonomi. namun sebagai seorang perempuan sudah kodrat kita berada diranah domestik. sehingga yang terjadi pada perempuan yang bekerja atau berada di ranah publik akan mengalami peran ganda.

Nukil dari beberapa sumber.

Kontributor: Habibur Rohman

0 Komentar