Menyambut Harlah Kopri ke-56: Kopri Adalah Peranti Demarkasi Kader Putri PMII, Betulkah?

Pertama-tama, mari ucapkan selamat hilang tahun untuk Kopri ke-56. Semburat tanya mendahului tulisan ini; Benarkah harlah Kopri jatuh pada tanggal 25 November? Padahal jika menilik kronologinya, Kopri bolak-balik merintangi fase pembentuk-bubaran yang berulang. Tidak ada bukti sejarah maupun teks-teks yang merekam secara gamblang & lantang bahwa Harlah Kopri ditetapkan pada tanggal 25 November.



Romantika Kopri masih panjang, sepanjang harapan yang terselip dalam doa di sepertiga malam. Dewasa ini, urgensi Kopri berangsur-ansur dipertanya-debat-gugatkan. Urgensi yang dibangun Kopri dengan kebutuhan para kader mulai membias. Agaknya bisa diperiksa dari kegelisahan kader pascakaderisasi kopri. Hingga detik ini, mereka belum diamanati follow-up kegiatan formal kopri. Hal ini diperkuat dengan nilai atau esensi yang ditonjolkan Kopri sebatas pada perhelatan penuh gebyar, dihiasi gemerlap dekorasi nir-literasi. Kalaupun ada, paling santer berimplikasi pada Kopri itu sendiri berikut sektor-sektor yang mengelilinginya. 


Sekurang-kurangnya terdapat 3 elemen dalam penunjangan kaderisasi (tidak terkhusus pada Kopri). Pertama sistem, kedua mentoring, ketiga nyali.

Sistem yang sedemikian mengakar PMII mewajibkan kader putri terlibat dalam jenjang kepengurusan minimal sepertiga dari keseluruhan pengurus. Pada tiap kegiatan, kader perempuan dan laki-laki mendapat perlakuan setara: tidak ada diskriminasi, apalagi persekusi. Nampak bahwa Kopri tak usah merepotkan diri alih-alih gembar-gembor berantas patriarki. Jangan berlagak seperti katak dalam tempurung! Mari kita lanjutkan.

Mentoring adalah istilah yang familiar dalam kaderisasi. Kecakapan & kecakepan kader PMII selalu antusias & siaga terhadap keingin-perluan anggota. Acap kali gerakan yang menyemburat datang dari kader putra. Kok bisa? Jika ditelisik lebih dalam, akan ketemu jawaban di elemen ketiga.

Elemen ketiga dalam penunjangan kaderisasi ialah nyali. Kebanyakan kader putri menciptakan sekat, menghadirkan margin lalu berlindung dalam benteng ketakut-waspadaan semu. Jika kuping anda terasa panas, bersyukurlah. Berkali-kali pada setiap kesempatan, kader putri yang didahulukan, tetapi mereka enggan lalu diam. Kader putra yang kooperatif full proaktif belum menjamin bahwa mereka punya daya komprehensif, apalagi kader putri yang memilih pasif. Di mana letak patriarkinya, sahabat? Maka dari itu, tak bosan-bosan kader putri didahulukan untuk ambil peran, sekalipun terpaksa ditodong, ditadah, kemudian berakhir pasrah. 


Progresifitas perlu ditekan, dipaksakan, dikampleng kalau amat terpaksa. Tanah subur yang kaya unsur hara tersusun dari tanah vulkanik. Erupsi gunung berapi menghasilkan lahar dan abu, yang kemudian hari membentuk tanah vulkanik. Tanah ini mengandung mineral, seperti zat besi, kalsium, magnesium, sodium, potassium, fosfor, sulfur, silikon, dan yang lainnya. Bukan hanya itu, umumnya di sekitar daerah gunung berapi curah hujannya cukup tinggi, inilah yang juga menjadi faktor pendukung mengapa daerah di sekitar gunung berapi tanahnya subur. Dari sebuah ledakan keterpaksaan menghasilkan kemaslahatan, seperti erupsi gunung berapi yang nantinya menyulap tanah gersang jadi tanah subur makmur. 

0 Komentar