K.H. Nuril Huda: in Memoriam

 


"Senantiasa berpegang teguh pada ajaran islam Ahlussunnah Wal Jamaah, hormati yang lebih tua, serap ilmunya, terlebih tua usia dan ilmunya. PMII adalah arena candradimuka menghadap-sikapi orang. Menghormati orang lain tanpa kehilangan kepribadian adalah sejatinya PMII. Saya berdoa semoga PMII diberkahi hingga kiamat nanti."

Lebih kurang macam itulah pesan Alm. K.H. Nuril Huda–salah satu Muassis PMII–kepada generasi intelektual muda. Karakteristik yang karismatik serta gemati (=penyayang) terhadap yang lebih muda khususnya kader PMII membuat beliau ramah dan asyik dikenang. Karena apa? Hampir setiap kegiatan kaderisasi di PMII, beliau menyempatkan diri untuk hadir. Dan kehadiran beliau adalah suatu keistimewaan.

Pada suatu kesempatan, beliau menitip wasiat kepada anggota/kader PMII di penjuru dunia. Beliau menukil sebuah riwayat yang berbunyi:

ٌإِنَّ الْحَيَاةَ عَقِيْدَةٌ وَجِهَاد
"Hidup ini adalah daya pikir dan daya upaya."

Daya pikir kita (sebagai anggota/kader PMII) adalah Ahlussunnah Wal Jamaah, dan daya upaya kita adalah dengan ber-PMII. Sekalipun sudah purna ber-PMII, senantiasalah berdaya. Apabila esok hari para alumni berdiaspora, tetaplah berdaya. Buat terobosan. Tak perlu risau, gusar, apalagi khawatir. Allah menolong hamba-hamba-Nya yang berjuang. Kita boleh jadi sengsara seperti yang lain, tetapi:

وَتَرْجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
Anggota/kader PMII  penuh pengharapan kepada Allah, menggapai rida-Nya, sedang yang lainnya tidak. Itu bedanya.

Oleh karena itu, bila esok nanti menjadi alumni, tetap dalam jalur berdaya, pemberdayaan, memberdayakan. Tidak memperdaya, diperdaya, lebih-lebih teperdaya.

Semoga lain kali kita ketemu.
Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq.






Disadur dari:

0 Komentar